SURABAYA – Kabar menggembirakan datang dari MA Fauzan Al Riyadh Panjaitan, mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga (UNAIR). Ia berhasil meraih juara II Lomba Cipta Karya Puisi Pesta Daring Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada Rabu (14/9/2022).
Laki-laki yang akrab disapa Affan itu bercerita, dirinya sangat tertarik dengan kepenulisan puisi sejak SMA. Baginya, menulis adalah satu cara untuk mengekspresikan diri dan mencurahkan emosi. Seiring berjalannya waktu, pandangannya terhadap menulis mulai bertambah. Ia berpikir bahwa menulis adalah cara untuk menyembuhkan diri dan tempatnya untuk berkarya.
“Sebenarnya aku termasuk orang yang agak takut kalau karyanya dilihat atau dinilai orang lain. Tetapi, ketika aku ikut berbagai kompetisi dan dapat harapan 2 Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional, Red) tahun 2020 kemarin, itu jadi pemicu semangatku untuk terus menulis dan mencoba berbagai lomba yang ada, ” terangnya.
Dalam kompetisi Pesta Daring UNJ 2022, Affan mengirimkan sebuah puisi bertajuk Fitur-Fitur Pembaharu dan Sebuah Pesan Langsung yang Menggantung Lehermu. Ia berujar, puisi tersebut menceritakan seseorang yang sedang mengalami depresi hingga bunuh diri akibat fitur-fitur yang ada di media sosial. Karena fitur-fitur itu juga, seseorang kerap kali mendapatkan perilaku yang merugikan, seperti ancaman, ujaran kebencian, bahkan kekerasan seksual.
“Saya juga menuliskan sub puisi-puisinya dengan nama-nama fitur di beberapa aplikasi terkini, seperti direct message, voice note, Tinder, dan a thread. Puisi ini saya tulis sebagai upaya saya melihat kondisi di mana banyak sekali orang-orang yang tertipu dan lengah akibat dari penggunaan fitur-fitur di sosial media yang dapat menghancurkan kondisi fisik maupun psikis, ” ujarnya.
MA Fauzan Al Riyadh Panjaitan (Sumber: Dokumen pribadi).
Baca juga:
ENSPARTAN, Juara Harapan KRSBI Beroda
|
Tantangan dan Proses Kreatif
Perihal menulis puisi, mahasiswa asal Jombang itu menyampaikan, dirinya sering mendapatkan tantangan dalam penggunaan tema. Menurutnya, implementasi tema pada setiap perlombaan yang ia ikuti berbeda-beda, terlebih karya sastra seperti puisi yang memang cukup rumit.
“Kayak kadang kita merasa bahwa tulisan kita ini sesuai tema, kadang juga merasakan tulisan kita ini offside dari tema. Tentu penglihatan kita dengan para juri juga berbeda. Maka dari itu, perlu kehati-hatian dalam menulis puisi, menggunakan diksi, situasi cerita, serta metafor tertentu sehingga saya maupun orang lain yang membacanya akan menyimpulkan hal yang sama bahwa karya saya adalah bertemakan tentang mental health, misalnya seperti itu, ” jelas Affan.
Pada akhir, ketua LPM SITUS FIB UNAIR itu mengatakan metode yang ia sering gunakan untuk melatih proses kreatifnya adalah mencari waktu tertentu dan menjadikan waktu tersebut sebagai jadwal rutinan untuk menulis.
“Selain itu, karena saya tipikal orang yang suka sunyi untuk bisa konsentrasi tinggi, ya, biasanya cari tempat yang nyaman dan cozy untuk menulis ataupun proses kreatif. Kalau sudah nyaman dan sudah bisa berkonsentrasi, saya bisa menulis dengan lancar, ” tutupnya. (*)
Penulis: Rafli Noer Khairam
Editor: Binti Q. Masruroh